Selasa, 07 April 2009

Jual GIS... Hahahahaha


Tak terasa sudah 5 tahun kaki ini menginjak tanah Sumatera. Kerja empat tahun sebagai budak GIS di Yayasan Leuser Internasional. Sangat enak dan nyaman bekerja di Medan, kota preman (hehe...itu dulu, pas aku masuk dah pada dibersihkan sama anak buahnya Sutanto-trims ya Pak). Suasana lingkungan kerja yang akrab dan kekeluargaan tak dapat dipungkiri membikin kaki ini untuk pengin terus menancap di depan hutan kampus USU (Universitas Sumatera Utara). Udara pagi yang lezat selalu terhidang di jalanan kampus terbesar di Sumatera ini. Yah... masa lalu.

Kini, setengah lusin bulan aku pindah bekerja di badan non-struktural Pemerintahan Aceh. Tugasnya masih sama, mengelola Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Heumm, lumayan enak. Alhamdulillah. Lagi dan lagi aku tetap menjadi budak GIS di kantor ini. Hehe, tapi memang itulah senjata yang kumiliki.. Bagaikan sebuah sabit ... meski hanya untuk mencari "rumput"...senjata ini harus selalu digunakan dan diasah ...

Sekarang, setelah belajar Financial Revolution pengin rasanya menggunakan sabit itu untuk menebang "alang-alang", "semak", "rumput gajah", "perdu", "pohon pisang" bahkan "pohon raksasa". Tak pengin lagi menjadi "budak", tetapi menjadi bos di bidangku sendiri... GIS

But HOW ? I don't Know... Lagi cari inspirasi nih... Ada Ide ? Tell me please !

Rabu, 20 Agustus 2008

PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Suatu Metode yang Bermanfaat untuk Monitoring Hutan

Indonesia termasuk di antara negara yang memiliki hutan yang sangat luas. Lebih dari 50 % daratan Indonesia terdiri dari hutan. Meskipun masih luas, tetapi degradasi hutan adalah masalah yang sangat serius di Indonesia dan berakibat hilangnya keanekaragaman hayati dan terjadinya perubahan iklim.

Untuk mengelola kawasan hutan dengan baik, monitoring kondisi hutan harus dilakukan secara teratur. Hasil monitoring dapat berguna untuk melakukan evaluasi.

Monitoring kondisi hutan dapat berupa pemetaan hutan atau mendeteksi perubahan pada tutupan hutan. Teknologi Penginderaan Jauh adalah metode yang paling sering digunakan untuk monitoring sumberdaya hutan. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan cara menganalisa data yang diperoleh dengan menggunakan peralatan tanpa memerlukan kontak langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang dikaji. Penginderaan jauh dilakukan dengan cara mengamati permukaan bumi menggunakan satelit dari angkasa. Teknologi ini biasanya dikombinasikan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG).

SIG dapat digunakan untuk menangani berbagai ragam data termasuk peta, foto udara, citra satelit, data survey lapangan, dan sebagainya. SIG dapat juga digunakan untuk melakukan analisis, serta simulasi berbagai proses yang ada di permukaan bumi. SIG secara luas diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan seperti bisnis, telekomunikasi, lingkungan dan geologi, pertanian dan kehutanan.

Salah satu kawasan hutan alami terbesar yang masih tersisa di Pulau Sumatera bagian utara adalah hutan di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Ekosistem ini meliputi kawasan seluas ± 2,6 juta hektar yang sebagian besar masuk wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam rangka monitoring kawasan ini, kita dapat memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dan SIG.