Rabu, 20 Agustus 2008

PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Suatu Metode yang Bermanfaat untuk Monitoring Hutan

Indonesia termasuk di antara negara yang memiliki hutan yang sangat luas. Lebih dari 50 % daratan Indonesia terdiri dari hutan. Meskipun masih luas, tetapi degradasi hutan adalah masalah yang sangat serius di Indonesia dan berakibat hilangnya keanekaragaman hayati dan terjadinya perubahan iklim.

Untuk mengelola kawasan hutan dengan baik, monitoring kondisi hutan harus dilakukan secara teratur. Hasil monitoring dapat berguna untuk melakukan evaluasi.

Monitoring kondisi hutan dapat berupa pemetaan hutan atau mendeteksi perubahan pada tutupan hutan. Teknologi Penginderaan Jauh adalah metode yang paling sering digunakan untuk monitoring sumberdaya hutan. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan cara menganalisa data yang diperoleh dengan menggunakan peralatan tanpa memerlukan kontak langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang dikaji. Penginderaan jauh dilakukan dengan cara mengamati permukaan bumi menggunakan satelit dari angkasa. Teknologi ini biasanya dikombinasikan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG).

SIG dapat digunakan untuk menangani berbagai ragam data termasuk peta, foto udara, citra satelit, data survey lapangan, dan sebagainya. SIG dapat juga digunakan untuk melakukan analisis, serta simulasi berbagai proses yang ada di permukaan bumi. SIG secara luas diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan seperti bisnis, telekomunikasi, lingkungan dan geologi, pertanian dan kehutanan.

Salah satu kawasan hutan alami terbesar yang masih tersisa di Pulau Sumatera bagian utara adalah hutan di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Ekosistem ini meliputi kawasan seluas ± 2,6 juta hektar yang sebagian besar masuk wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam rangka monitoring kawasan ini, kita dapat memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dan SIG.

Tidak ada komentar: